Pendidikan Pesantren Berbasis Teknologi untuk Generasi Milenial
Oleh:
H. Sujaya, S. Pd. Gr.
SMPN 3 Sindang Indramayu
A. Pendidikan Pesantren Berbasis Teknologi
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang “indigenous” di negeri ini. Eksistensi pendidikan model pesantren ini, telah hidup dan berada dalam budaya bangsa Indonesia selama berabad-abad yang silam dan tetap eksis hingga di jaman modern saat ini.
Namun dinamika pendidikan pesantren masih diwarnai mainstream perdebatan. Eksistensi pesantren yang “dialektis” dan unik dengan sistem yang kompleks yang dapat menimbulkan ragam penilaian dari para peneliti dan pengamat dunia pesantren. Ironisnya penilaian yang cenderung muncul banyak diwarnai pembenaran pendapat (truth claim) dengan memberikan label bahwa Pesantren bersifat tradisional-konservatif. Tentu saja penilaian tersebut tidaklah komprehensif tentang totalitas kehidupan pendidikan Pesantren karena pesantren kini terus beradaptasi dan memodernisasi diri untuk terus melakukan transformasi dengan mengikuti arus perkembangan teknologi. Sehingga di tengah modernisasi teknologi lembaga pendidikan pesantren tetap survive dan eksis mengikuti arus perkembangan jaman. Realitas ini membuktikan bahwa Pesantren mengikuti arus modernisasi untuk tetap menanamkan nilai relevansinya di masyarakat. Namun modernisasi yang dilakukan Pesantren berbeda dengan sistem pendidikan yang lainnya. Pesantren tetap menjaga nilai lama yang yang masih relevan dipakai dan dikembangkan, di samping mengganti dan beradaptasi dengan nilai baru yang modern dan inovatif serta lebih baik. Sehingga pesantren dalam konteks modernisasi telah melakukan berbagai reformasi dan reorientasi dalam berbagai hal.
Sebagai lembaga yang mempunyai peran strategis dalam ikut mencerdaskan bangsa, membentuk manusia yang berkualitas (insan kamil) dengan fokus pada internalisasi moral sebagai basis penyokong utamanya, Pesantren hingga sekarang masih dan tetap menampakkan eksistensi relevansinya di tengah arus modernisasi pendidikan secara global. Hal ini tidak lepas dari kecerdasan pesantren untuk beradaptasi dan bertransformasi dalam merespon arus modernisasi dan teknologi pendidikan yang tumbuh semakin cepat dan global.
Modernisasi Pendidikan Pesantren berbasis teknologi hingga saat ini Pesantren masih berusaha untuk menyesuaikan diri untuk melakukan modernisasi agar bertahan dari arus pendidikan umum. Menurut Mujamil Qamar ketahanan Pesantren di dalam sejarah perkembangannya di Indonesia menjadi lebih menarik jika dibandingkan dengan pendidikan serupa di negara-negara lain. Abdurrahman Wahid membuat perbandingan bahwa pada masa silam, Pesantren dapat merespon tantangan-tantangan jamannya dengan sukses.
Pendidikan pesantren berbasis teknologi merupakan sebuah keniscayaan
yang mesti dilakukan di era modern global. Hal ini sebagai sebuah
penyelesaian jangka panjang atas berbagai persoalan umat Islam dan
diyakini akan melahirkan suatu peradaban Islam yang modern. Implementasi
teknologi dalam pendidikan Pesantren ini diharapkan mampu menjawab
tantangan yang dihadapi dan yang akan dihadapi, terutama persoalan yang
bersangkutan dengan sumber daya yang jauh tertinggal dengan dunia Barat.
Karena itu mengingat pentingnya implementasi penerapan teknologi di
dalam pendidikan Pesantren merupakan suatu keharusan untuk mendapatkan
perhatian penanganan yang serius.
Dengan demikian pendidikan berbasis teknologi dalam perspektif pendidikan Islam sebagai upaya mereformasi dan mentransformasi pendidikan Pesantren. Namun tentunya tetap mengedepankan dan berpijak pada sumber utama pendidikan Islam itu sendiri yaitu Al Qur’an dan Al Hadits serta menjaga ciri khas tradisi pendidikan Pesantren dengan kultur Islam di Indonesia. Upaya implementasi teknologi dalam Pendidikan Pesantren merupakan upaya Reformasi dan transformasi pendidikan Islam di Pesantren. Sehingga titik beratnya pada visi dan misi, fleksibilitas, relevansi pada aspek proses pendidikan formal dan non formal.
Kini perkembangan teknologi dan informasi tentunya berdampak pada keadaan dunia, salah satunya dapat membawa agen perubahan di era milenial saat ini. Hal tersebut tentu memiliki dampak positif dan dampak negatif yang akan kita terima. Dampak negatif yang seringkali kita temui yaitu ditandai oleh sikap yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar, yang dekat seolah merasa jauh dan yang jauh seolah merasa dekat, dan juga banyak dari mereka yang sering mengabaikan dunia pendidikan dan urusan mereka dengan pencipta-Nya.
Mereka lebih memilih bermain game online berjam-jam daripada beribadah dan juga lebih menikmati terjun di dunia internet berjam-jam dibandingkan sekolah, kuliah dan aktivitas produktif lainnya. Setiap orang seringkali kurang mengerti dalam memanfaatkan teknologi masa kini. Sehingga mereka sering kali kurang bijak dalam memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini. Banyak dari mereka yang saat ini memiliki kebiasaan rasa ingin tahu apabila terjadi suatu hal baru, namun pada dasarnya hal tersebut akan merugikan dirinya sendiri. Hal ini tidak bisa dipungkiri lagi karena itu semua terjadi karena tuntutan zaman yang terus berkembang.
Seharusnya sebagai insan pesantren dan generasi muda pesantren seharusnya menjadi penerus bangsa serta agent of change memiliki peran yang sangat penting untuk selalu berpartisipasi dalam menyelesaikan beberapa persoalan dan tantangan di era digital saat ini.
Tantangan utama generasi milenial saat ini dalam perkembangan era
digital adalah tidak turut hanyut bahkan menjadi korban dari dampak
negatif kemajuan teknologi saat ini. Selain itu, peran generasi milenial
saat ini sebagai subjek utama untuk membangun dan membuat perubahan di
lingkungan sekitarnya dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial
dan hidup bermasyarakat.
Oleh karena itu, pemerintah perlu untuk terjun langsung berpartisipasi
aktif dengan membuat suatu ordinansi mengenai penguatan literasi
digital. Karena dengan adanya sebuah ordinansi maka dapat mencegah
perilaku berisiko dari perkembangan teknologi digital saat ini.
B.Tantangan Teknologi Generasi Milenial
Generasi Millenial adalah terminologi generasi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia di berbagai bidang, apa dan siapa gerangan generasi millenial itu?
Millenial (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Peneliti sosial sering mengelompokkan generasi yang lahir diantara tahun 1980-an sampai 2000-an sebagai generasi millenial. Jadi bisa dikatakan generasi millenial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15 – 34 tahun.
Studi tentang generasi millenial di dunia, terutama di Amerika, sudah banyak dilakukan, diantaranya yang studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 dengan mengambil tema American Millenials: Deciphering the Enigma Generation. Tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millennials: A Portrait of Generation Next.
Di Indonesia studi dan kajian tentang generasi millenial belum banyak dilakukan, padahal secara jumlah populasi penduduk Indonesia yang berusia antara 15-34 tahun saat ini sangat besar, 34,45%. Tahun lalu memang ada sebuah majalah bisnis yang tajuk utamanya membahas generasi millenial, tapi sayang coverage liputannya masih sebatas kaitannya generasi millenial dengan dunia pemasaran, belum masuk secara substansi ke ruang lingkup kehidupan mereka secara menyeluruh.
Dibanding generasi sebelum, generasi millenial memang unik, hasil riset yang dirilis oleh Pew Research Center misalnya secara gamblang menjelaskan keunikan generasi millenial dibanding generasi-generasi sebelumnya. Yang mencolok dari generasi millenial ini dibanding generasi sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi dan budaya pop/musik. Kehidupan generasi millenial tidak bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet, entertainment/hiburan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini
Dalam konteks Indonesia hal yang sama juga terjadi, hasil survei yang dilakukan Alvaro Research Center tahun 2014 menunjukkan Generasi yang lebih muda, 15 – 24 tahun lebih menyukai topik pembicaraan yang terkait musik/film, olahraga, dan teknologi. Sementara generasi yang berusia 25 – 34 tahun lebih variatif dalam menyukai topik yang mereka perbincangkan, termasuk didalamnya sosial politik, ekonomi, dan keagamaan. Konsumsi internet penduduk kelompok usia 15 – 34 tahun juga jauh lebih tinggi dibanding dengan kelompok penduduk yang usianya lebih tua. Hal ini menunjukkan ketergantungan mereka terhadap koneksi internet sangat tinggi.
Ketika kita berbicara dan mencoba membedah potret generasi millenial di Indonesia secara utuh maka setidaknya ada lima isu utama yang perlu dikaji lebih mendalam, yakni:
1.Pandangan Keagamaan, Religion Beliefs
Jumlah penduduk muslim di Indonesia merupakan yang terbesar di di dunia,
meski demikian ternyata Indonesia lebih memilih demokrasi sebagai
sistem bernegaranya dibanding sistem kenegaraan yang berdasarkan agama.
Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh para pendiri republik ini, bahwa
sebagai bangsa dan negara kita perlu mendasarkan pada asas dan dasar
negara yang melindungi setiap warga negara apapun asal usul dan latar
belakangnya, dan dasar negara itu kita sepakati adalah Pancasila.
Karena itu penting untuk memotret bagaimana pandangan keagamaan pemuda apakah konservatif, moderat, atau sekuler, apa pandangan pandangan pemuda tentang hubungan agama dan negara. Apakah ada pergeseran pandangan keagamaan pemuda dibanding generasi-generasi sebelumnya.
2.Ideologi dan Partisipasi Politik, Ideology and Politics Participation
Ada sebuah pandangan umum yang selalu menggelitik bahwa nilai-nilai
patriotik dan nasionalisme telah hilang dan luntur dari generasi muda
kita. Apa memang demikian? Kalau kita lihat semangat sepak bola mania di
Gelora Bung Karno setiap timnas bertanding malah menunjukkan hal
sebaliknya. Juga ketika kita lihat respon mereka di social media ketika
simbol-simbol kita dilecehkan negara tetangga, mereka sangat aktif dan
gigih membela martabat bangsa dan negaranya. Jadi penting bagi kita
sebenarnya untuk melihat sebetulnya apa arti nasionalisme bagi generasi
millenial ini, Apakah hanya sebatas aspek primordialisme, trend saja
atau ada yang lebih substansial.
Terkait dengan dunia politik di Indonesia, penting juga melihat
bagaimana pemuda melihat setiap proses politik kenegaraan yang terjadi
di Indonesia, seberapa besar tingkat partisipasi pemuda dalam setiap
proses politik di Indonesia. Survei yang dilakukan Alvaro Research
Center tahun 2014 menunjukkan pemilih muda Indonesia didominasi oleh
swing voters/pemilih galau, dan apathetic voters/pemilih cuek.
3.Nilai-Nilai Sosial, Social Values
Bagaimana pemuda memaknai arti sebuah keluarga juga penting untuk digali, bagaimana mereka memandang hubungan antara anak dan orang tua, apakah orang tua merupakan role model bagi mereka atau malah mereka lebih memilih role model lain diluar hubungan kekeluargaan.
Berbagai pertanyaan diatas penting diukur terkait dengan nilai-nilai sosial dikalangan pemuda, banyak pihak juga berpandangan mulai ada pergeseran nilai-nilai sosial ketimuran kita dikalangan pemuda, karena mereka lebih terbuka pemikirannya maka mereka juga dengan mudah mengadopsi nilai-nilai sosial barat yang lebih modern
4.Pendidikan, Pekerjaan, dan Kewirausahaan,Education, Work, and Entrepreneurship
Isu paling penting yang dihadapi pemuda dari dulu sampai sekarang adalah isu pendidikan dan pekerjaan, karena dua hal inilah yang paling berpengaruh dan menentukan masa depan mereka. Tingkat kesuksesan mereka dimasa dewasa dan masa tua ditentukan oleh pendidikan dan pekerjaan yang mereka terima di masa muda.
Selain itu wirausaha saat ini juga sudah menjadi alternatif kalangan muda dalam berkarya, start-up bisnis bermunculan di berbagai kota. Begitu lulus mereka tidak lagi berburu lowongan pekerjaan, tapi berupaya mencari peluang bisnis dan menjadikan peluang bisnis itu sebagai pintu masuk ke dunia wirausaha.
5.Gaya Hidup, Teknologi, dan Internet, Lifestyle, Technology, and Internet
Gaya hidup anak muda yang cenderung hedonis terutama di kota-kota besar sudah menjadi rahasia umum, mereka memiliki cara tersendiri untuk meluapkan ekspresi mereka, dunia hidup mereka tidak bisa lepas dari hiburan dan teknologi terutama internet.
Bagaimana gaya hidup pemuda Indonesia?, Apa saja hobi dan olahraga yang pemuda senangi?, Apa kebiasaan dan perilaku pemuda terhadap teknologi, terutama internet? Dan Bagaimana interaksi pemuda di media sosial? Adalah pertanyaan yang perlu dijawab terkait hubungan gaya hidup anak muda.
Akhirnya dengan memahami secara utuh potret generasi millenial di Indonesia maka kita memiliki gambaran pandangan, aspirasi dan sudut pandang mereka terhadap segala aspek didalam kehidupan mereka, sehingga pembangunan manusia Indonesia seutuhnya bisa tepat sasaran, karena pada ujungnya nanti kepada generasi millenial inilah nasib dan masa depan bangsa dan negara ditentukan.
Kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini, menghadirkan robot yang banyak menggantikan peran manusia. Industri 4.0 menjadi tantangan besar dan tersendiri bagi millenial. Mereka dituntut untuk mampu beradaptasi dengan kondisi seperti ini dan menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru yang mendukung jalannya revolusi industri 4.0.
Pengertian Revolusi Industri 4.0 digadang-gadang sudah ada di depan
mata. Tak heran negara-negara telah bersiap untuk menghadapinya tak
terkecuali Indonesia. Bahkan para pembuat kebijakan sudah merencanakan
sejumlah program untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0.
Sederhananya, Revolusi Industri adalah batu lonjakan dalam sektor
industri yang memanfaatkan kemajuan teknologi dan komunikasi untuk
mencapai efisiensi semaksimal mungkin. Sehingga dunia industri
diperkirakan akan berubah model menjadi bisnis baru dengan basis
digital.
Dapat dikatakan hampir seluruh kegiatan industri dikerjakan oleh mesin
atau teknologi, bukan lagi manusia. Beberapa pihak menganggap Revolusi
Industri akan mendatangkan keuntungan untuk populasi manusia.
Revolusi tersebut dinilai bakal memajukan kehidupan manusia dalam hal
bisnis dan sosial. Namun tak sedikit pihak yang meragukan hal tersebut.
Pasalnya tak bisa dimungkiri bila Revolusi Industri 4.0 memberikan
dampak negatif bagi kehidupan manusia, misalnya memperparah kesenjangan
ekonomi, upah buruh rendah, sampai bangkrutnya usaha-usaha kecil
menengah yang tak sanggup bersaing.
Sebenarnya Revolusi Industri ini tak serta-merta ada. Sebelum
mencapainya, kehidupan manusia telah melewati serangkaian tahapan
Revolusi Industri mulai dari revolusi pertama pada akhir abad 18-an.
Kemudian disusul dengan revolusi kedua, ketiga, dan keempat.
Tahun 2018, Tonggak Awal Revolusi Industri 4.0
Industri tersebut menggabungkan teknologi otomatisasi dan teknologi siber. Jadi, pada konsisi ini memungkinkan adanya pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Pada Era ini memungkinkanan adanya dunia virtual yang membentuk koneksivitas manusia, mesin, dan data.
Revolusi Industri 4.0 dapat diartikan sebagai fenomena yang menggabungkan teknologi siber dan teknologi otomatisasi.
Makanya revolusi tersebut disebut juga dengan cyber physical system.
Kolaborasi itu menerapkan konsep otomatisasi yang dibantu dengan
teknologi informasi. Imbasnya, keterlibatan manusia semakin berkurang.
Di satu sisi hal tersebut memberikan efektivitas dan efisiensi dalam
dunia kerja. Sehingga biaya produksi tumbuh dengan signifikan. Namun di
sisi lain hal tersebut memberikan kerugian pada kesejahteraan umat
manusia.
Awalnya, Revolusi Industri 4.0 dikenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Ia
menjelaskan Revolusi Industri 4.0 akan mengubah hidup dan kerja manusia
secara fundamental. Revolusi generasi keempat ini memiliki skala, ruang
lingkup, dan kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan revolusi
sebelumnya.
Beberapa kemajuan yang muncul di era Revolusi Industri 4.0 adalah
kecerdasan buatan, teknologi nano, bioteknologi, blockchain, teknologi
berbasi internet, teknologi komputer kuantum, dan printer 3D.
Pengertian Revolusi Industri 4.0 Menurut Para Ahli
Berapa ahli mengungkapkan gagasannya mengenai Revolusi Industri 4.0. Berikut ini adalah pengertian yang telah dirangkum dari beberapa ahli.
1. Angela Markel
Kanselir Jerman tersebut menjelaskan Revolusi Industri 4.0 adalah
transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri
melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri
konvensional.
2. Schlechtendahl
Sementara itu, Schlechtendahl mengungkapkan kalau Revolusi Industri 4.0
menekankan pada unsur kecepatan dalam menyediakan informasi. Semua
entitas dalam lingkungan industri selalu terhubung dan akhirnya saling
berbagi informasi.
Jadi menurut Schlechtendahl, Revolusi Industri 4.0 membuka peluang semua
entitas dalam industri saling berkomunikasi secara real time. Semua itu
bisa terjadi dengan pemanfaatan teknologi internet.
3. Kusmantini
Menukil dari tulisan Cisilia Sundari yang berjudul “Revolusi Industri
4.0 Merupakan Peluang dan Tantangan Bisnis bagi Generasi Milenial di
Indonesia”dalam Prosiding Seminar Nasional dan Call Papers Fakultas
Ekonomi Universitas Tidar,
Revolusi Industri adalah revolusi bisnis secara elektronik atau Electronic-Business.
Jadi revolusi tersebut merupakan teknologi baru dimana internet menjadi
titik strategis dalam proses revolusi industri 4.0 terutama dalam
berwirausaha.
4. Prasetyo dan Sutopo
Menurut Prasetyo dan Sutopo, Revolusi Industri 4.0 menggabungkan
teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Tujuannya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan layanan konsumen secara
signifikan.
5. Purnomo
Purnomo menjelaskan Revolusi Industri 4.0 merupakan lompatan besar di
dunia usaha khususnya di bidang industri. Revolusi tersebut dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara penuh.
6. Kemper
Dalam tulisan Cisilia Sundari, Kemper menerangkan Revolusi Industri
membuat perusahaan dapat menyediakan infrastruktur jaringan untuk
industri internet.
Bila perusahaan memiliki kemampuan tersebut maka perusahaan dapat
dikatakan siap menyambut revolusi industri 4.0 karena ia dapat membangun
ekosistem produksi sesuai dengan konsep Revolusi Industri 4.0.
Sementara itu, Pengertian Revolusi Industri 4.0 membantu membuat rantai suplai menjadi lebih sederhana untuk negara berkembang.
Lima Pilar Utama Revolusi Industri 4.0
Ada ciri-ciri yang disebut sebagai lima pilar utama dalam Revolusi
Industri 4.0 yakni Internet of Things, Big Data, Artificial
Intelligence, Cloud Computing, dan Additive Manufacturing.
Apakah kamu pernah mendengarnya?
Untuk memahami Revolusi Industri 4.0, kamu pun harus mengetahui lima pilar tersebut.
1. Internet of Things (IoT)
Pilar pertama adalah Internet of Things atau IoT. Pilar ini diartikan
sebagai sistem yang memanfaatkan perangkat komputasi, mekanis, dan mesin
digital secara bersamaan.
Jadi ketiga komponen tersebut saling terhubung (interrelated connection). Dalam menjalankan fungsinya itu diperlukan komunikasi data dalam jaringan internet sehingga fungsi tersebut tidak membutuhkan interaksi antar manusia atau interaksi antar manusia dan komputer.
IoT memiliki empat komponen yakni perangkat sensor, konektivitas, pemrosesan data, dan antarmuka pengguna. . Misalnya aplikasi IoT Indonesia seperti Gowes untuk bike sharing, eFishery untuk pemberian pakan ikan, Hara untuk pangan dan pertanian, dan Qlue untuk Smart City.
2. Big Data
Pilar selanjutnya adalah Big Data. Istilah dipakai untuk menggambarkan volume data yang besar baik terstruktur maupun tidak.
Selain itu, Big Data tidak merujuk pada jumlah data yang besar melainkan
lebih kepada apa yang dilakukan oleh organisasi terhadap banyaknya data
itu. Dengan Big Data, organisasi menganalisis untuk mengambil keputusan
dan strategi bisnis yang baik.
Contoh penyedia layanan Big Data di Indonesia yaitu Warung Data, Dattabot, Paques Platform dan Sonar Platform.
3. Artificial Intelligence (AI)
AI cukup sering dibicarakan akhir-akhir ini. AI adalah teknologi
komputer aay mesin yang mempunyai kecerdasan buatan layaknya manusia.
AI bisa diatur sesuai dengan kemauan dan keinginan manusia. Tugas Ai adalah mempelajari data yang diterima. Jadi semakin banyak data, maka AI semakin baik dalam membuat prediksi.
Contoh AI adalah aplikasi chatbot dan alat peneglana wajah atau face recognition.
4. Cloud Computing
Apakah kamu pernah mendengar tentang teknologi yang menjadikan internet
sebagai pusat pengolahan data? Jika iya, maka kamu sedang bersinggungan
dengan cloud Computing.
Teknologi ini memberikaan akses kepada pengguna komputer untuk menggunakan cloud dan mengonfigurasikannya menjadi server.
Misalnya hosting situs web yang berbentuk server virtual. Umumnya ada tiga jenis Cloud Computing, meliputi:
• Cloud Software as a Service (SaaS) adalah layanan untuk menggunakan aplikasi yang disediakan infrastruktur cloud
• Infrastructure as a Service (IaaS) merupakan layanan untukemungkinkan konsumen untuk memproses, menyimpan, membat jaringan, dan memakai sumber daya komputasi yang diperlukan oleh aplikasi. Contoh produk-produk Cloud Computing di Indonesia adalah K-Cloud, CloudKilat, IDCloudHost, FreeCloud, dam Dewaweb
• Cloud Platform as a Service (PaaS) adalah layanan untuk menggunakan platform yang sudah disediakan. jadi pengembang hanya fokus untuk mengembangkan aplikasi saja
5. Additive Manufacturing
Pilar utama terakhir adalah Additive Manufacturing. Pilar tersebut adala
terobosan baru dalam industri manufaktur dengan menggunakan mesin
printer 3D (printer 3D) atau disebut juga dengan 3D printing.
Hasil mesin printer tersebut berupa gambar desain digital yang diwujudkan dalam bentuk benda nyata dengan ukuran dan bentuk yang sama. Jadi desain tersebut sama dengan desain sebenarnya.
Selain itu, Additive Manufacturing dapat memproduksi banyak desain barang yang tidak bisa dibuat oleh teknologi manufaktur konvensional.
Prinsip Revolusi Industri
Ada empat prinsip yang perlu kamu pelajari. Empat prinsip tersebut biasanya dipakai perusahana untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan keputusan disegala kebijakan.
1. Interoperabilitas atau kesesuaian.
Prinsip ini mengedepankan kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan
manusia. keempatnya saling terhubung dan berkomunikasi melalui internet
untuk segala sesuatu (IoT) atau internet untuk khalayak (IoP). Jadi, IoT
akan mengotomatisasi proses interaksi keempat komponen tersebut.
2. Transparansi informasi
Prinsip kedua ini berhubungan dengan kemampuan sistem informasi untuk
menciptakan salinan dunia secara virtual. Caranya yakni memperkaya model
kerja digital dengan data sensor.
Jadi prinsip transparansi informasi membutuhkan pengumpulan data sensor
mentah. Tujuannya agar dapat menghasilkan informasi bernilai tinggi
3. Bantuan teknis
Prinsip ini adalah kemampuan sistem bantuan yang bertugas membantu
manusia. Caranya dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi
secara komprehensif. Sehingga pembuat kebijakan bisa membuat keputusan
dengan tepat di saat ada masalah tak terduga dan tiba-tiba.
Selain itu, prinsip bantuan teknis berkaitan dengan kemampuan sistem
siber dan fisik untuk membantu manusia melakukan kegiatan yang terbilang
cukup berat.
4. Keputusan mandiri
Prinsip ini adalah kemampuan sistem siber-fisik yang memungkinkan
keputusan dan tugas dapat dijalankan secara mandiri. Terkecuali bila da
gangguan, tugas bisa dialihkan ke atasan.
Tantangan bagi Generasi Millennials
Pada akhirnya Revolusi Industri 4.0 memberikan sisi negatif dan positif.
Tak sedikit orang yang menganggap perubahan ini harus dihadapi manusia,
suka atau tidak, dengan semua sisi negatif dan positif yang
menyertainya.
Jadi Revolusi Industri 4.0 menjadi tantangan tersendiri terutama bagi generasi milenial. Bila dilihat dari sisi positif, Revolusi tersebut akan memberikan manfaat dalam perkembangan platform digital:
1. Inovasi
Revolusi Industri 4.0 membuka peluang munculnya model-model bisnis baru.
Hal ini berkaitan erat dengan para pengembang bisnis yang menerapkan
strategi dengan platform digital.
Sehingga revolusi itu memungkinkan terjadinya inovasi digital baik di dunia ritel, pendidikan, kesehatan, hingga hukum. Beberapa orang berpikir inovasi tersebut membuat semakin banyak orang berpartisipasi. Alhasil timbul persaingan sehat untuk memberikan nilai tambah barang atau jasa pada masyarakat.
2. Inklusivitas
Dengan adanya inovasi digital, layanan didapat dengan mudah dijangkau
oleh seluruh orang. Sehingga terjadilah inklusivitas. Semua orang bisa
menikmati layanan digital yang sama, dimanapun mereka berada.
3. Efisiensi
Ketiga, Revolusi Industri menciptakan efisiensi Bila terjadi inovasi
digital, maka efisiensi pun turut terjadi. Agar sisi positif ini semakin
optimal, para pembuat kebijakan harus mampu menerapkan strategi yang
tepat. Meskipun dapat memberikan masalah-masalah baru dalam dunia
perekonomian, disisi lain era ini juga dianggap akan memberikan dorongan
besar dalam segala bidang.
Misalnya dalam dunia kerja, revolusi tersebut dapat memicu adanya
jenis pekerjaan baru walaupun revolusi juga menghilangkan beberapa jenis
pekerjaan.
Dinukil dari uii.ac.id, Jaya Addin menjelaskan Revolusi Industri 4.0
adalah keadaan yang memberikan janji sekaligus ancaman besar. Bila
orang-orang tidak mampu mengikuti perkembangannya maka mereka akan
rentas tertinggal. Untuk itu diperlukan persiapan yang matang agar mampu
menghadapi tantangan tersebut. Sehingga ketertinggalan dapat dihindari.
Menurut Jaya Addin, tidak hanya ketersediaan akses internet dan kepekaan media sosial untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0. Lebih utama dan penting adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, harmonisasi aturan, dukungan semua pihak, dan sebagainya.
Pasalnya persiapan untuk menghadapi revolusi yang serba IOT ini tidak mudah atau dalam sekejap mata. Apalagi bila mengingat kondisi pemerataan teknologi dan informasi di Indonesia masih kurang. Hingga detik ini, beberapa wilayah di Indonesia masih belum dialiri listrik dan internet.
Jadi penting untuk mengetahui posisi dan situasi Indonesia sekarang agar bisa menentukan kebijakan yang tepat demi menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Ditulis untuk Tantangan Menulis Buku Akademik Haramain Lombok 2024 ” Pesantren dan Transformasi Pendidikan Islam (Integrasi Tradisi dan Teknologi) ”
Referensi :
Hasanuddin Ali dalam https://alvara-strategic.com/generasi-millennial-indonesia-tantangan-dan-peluang-pemuda-indonesia/
Muthohar. Ahmad AR. 2007. Ideologi Pendidikan Pesantren. Pustaka Rizki Putra, Semarang.
Muthohar. Drs. H. Ahmad, MM. dan Nurul anam, S. Pd. I. M. Pd. I. 2013. Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam dan Pesantren. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sumber:
https://kagetnews.com/opini/pendidikan-pesantren-berbasis-teknologi-untuk-generasi-milenial/
