Modernisasi Pendidikan Di Pesantren Dengan Berbasis Teknologi Untuk Generasi Milenial
Artikel Oleh :
H. Sujaya, S. Pd. Gr.
SMPN 3 Sindang Indramayu
Aktif di Pengurus DPD IPHI ( Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia ) tahun 2022 - 2027, Departemen Humas dan Informasi Publik
A. Pendidikan Pesantren Berbasis Teknologi
Pesantren
merupakan lembaga pendidikan Islam yang "indigenous" di negeri ini.
Eksistensi pendidikan model pesantren ini, telah hidup dan berada dalam
budaya bangsa Indonesia selama berabad-abad yang silam dan tetap eksis
hingga di jaman modern saat ini.
Namun
dinamika pendidikan pesantren masih diwarnai mainstream perdebatan.
Eksistensi pesantren yang "dialektis" dan unik dengan sistem yang
kompleks yang dapat menimbulkan ragam penilaian dari para peneliti dan
pengamat dunia pesantren. Ironisnya penilaian yang cenderung muncul
banyak diwarnai pembenaran pendapat (truth claim) dengan memberikan
label bahwa Pesantren bersifat tradisional-konservatif. Tentu saja
penilaian tersebut tidaklah komprehensif tentang totalitas kehidupan
pendidikan Pesantren karena pesantren kini terus beradaptasi dan
memodernisasi diri untuk terus melakukan transformasi dengan mengikuti
arus perkembangan teknologi. Sehingga di tengah modernisasi teknologi
lembaga pendidikan pesantren tetap survive dan eksis mengikuti arus
perkembangan jaman. Realitas ini membuktikan bahwa Pesantren mengikuti
arus modernisasi untuk tetap menanamkan nilai relevansinya di
masyarakat. Namun modernisasi yang dilakukan Pesantren berbeda dengan
sistem pendidikan yang lainnya. Pesantren tetap menjaga nilai lama yang
yang masih relevan dipakai dan dikembangkan, di samping mengganti dan
beradaptasi dengan nilai baru yang modern dan inovatif serta lebih baik.
Sehingga pesantren dalam konteks modernisasi telah melakukan berbagai
reformasi dan reorientasi dalam berbagai hal.
Sebagai lembaga yang mempunyai peran strategis dalam
ikut mencerdaskan bangsa, membentuk manusia yang berkualitas (insan
kamil) dengan fokus pada internalisasi moral sebagai basis penyokong
utamanya, Pesantren hingga sekarang masih dan tetap menampakkan
eksistensi relevansinya di tengah arus modernisasi pendidikan secara
global. Hal ini tidak lepas dari kecerdasan pesantren untuk beradaptasi
dan bertransformasi dalam merespon arus modernisasi dan teknologi
pendidikan yang tumbuh semakin cepat dan global.
Modernisasi
Pendidikan Pesantren berbasis teknologi hingga saat ini Pesantren masih
berusaha untuk menyesuaikan diri untuk melakukan modernisasi agar
bertahan dari arus pendidikan umum. Menurut Mujamil Qamar ketahanan
Pesantren di dalam sejarah perkembangan nya di Indonesia menjadi lebih
menarik jika dibandingkan dengan pendidikan serupa di negara-negara
lain. Abdurrahman Wahid membuat perbandingan bahwa pada masa silam,
Pesantren dapat merespon tantangan-tantangan jamannya dengan sukses.
Pendidikan
pesantren berbasis teknologi merupakan sebuah keniscayaan yang mesti
dilakukan di era modern global. Hal ini sebagai sebuah penyelesaian
jangka panjang atas berbagai persoalan umat Islam dan diyakini akan
melahirkan suatu peradaban Islam yang modern. Implementasi teknologi
dalam pendidikan Pesantren ini diharapkan mampu menjawab tantangan yang
dihadapi dan yang akan dihadapi, terutama persoalan yang bersangkutan
dengan sumber daya yang jauh tertinggal dengan dunia Barat.
Karena
itu mengingat pentingnya implementasi penerapan teknologi di dalam
pendidikan Pesantren merupakan suatu keharusan untuk mendapatkan
perhatian penanganan yang serius.
Dengan
demikian pendidikan berbasis teknologi dalam perspektif pendidikan Islam
sebagai upaya mereformasi dan mentransformasi pendidikan Pesantren.
Namun tentunya tetap mengedepankan dan berpijak pada sumber utama
pendidikan Islam itu sendiri yaitu Al Qur'an dan Al Hadits serta menjaga
ciri khas tradisi pendidikan Pesantren dengan kultur Islam di
Indonesia. Upaya implementasi teknologi dalam Pendidikan Pesantren
merupakan upaya Reformasi dan transformasi pendidikan Islam di
Pesantren. Sehingga titik beratnya pada visi dan misi, fleksibilitas,
relevansi pada aspek proses pendidikan formal dan non formal.
Kini
perkembangan teknologi dan informasi tentunya berdampak pada keadaan
dunia, salah satunya dapat membawa agen perubahan di era milenial saat
ini. Hal tersebut tentu memiliki dampak positif dan dampak negatif yang
akan kita terima. Dampak negatif yang seringkali kita temui yaitu
ditandai oleh sikap yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar, yang
dekat seolah merasa jauh dan yang jauh seolah merasa dekat, dan juga
banyak dari mereka yang sering mengabaikan dunia pendidikan dan urusan
mereka dengan pencipta-Nya.
Mereka lebih
memilih bermain game online berjam-jam daripada beribadah dan juga lebih
menikmati terjun di dunia internet berjam-jam dibandingkan sekolah,
kuliah dan aktivitas produktif lainnya. Setiap orang seringkali kurang
mengerti dalam memanfaatkan teknologi masa kini. Sehingga mereka sering
kali kurang bijak dalam memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini.
Banyak dari mereka yang saat ini memiliki kebiasaan rasa ingin tahu
apabila terjadi suatu hal baru, namun pada dasarnya hal tersebut akan
merugikan dirinya sendiri. Hal ini tidak bisa dipungkiri lagi karena itu
semua terjadi karena tuntutan zaman yang terus berkembang.
Seharusnya
sebagai insan pesantren dan generasi muda pesantren seharusnya menjadi
penerus bangsa serta agent of change memiliki peran yang sangat penting
untuk selalu berpartisipasi dalam menyelesaikan beberapa persoalan dan
tantangan di era digital saat ini.
Tantangan
utama generasi milenial saat ini dalam perkembangan era digital adalah
tidak turut hanyut bahkan menjadi korban dari dampak negatif kemajuan
teknologi saat ini. Selain itu, peran generasi milenial saat ini sebagai
subjek utama untuk membangun dan membuat perubahan di lingkungan
sekitarnya dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan hidup
bermasyarakat.
Oleh karena itu, pemerintah perlu untuk terjun
langsung berpartisipasi aktif dengan membuat suatu ordinansi mengenai
penguatan literasi digital. Karena dengan adanya sebuah ordinansi maka
dapat mencegah perilaku berisiko dari perkembangan teknologi digital
saat ini.
B.Tantangan Teknologi Generasi Milenial
Generasi
Millenial adalah terminologi generasi yang saat ini banyak
diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia di berbagai bidang, apa
dan siapa gerangan generasi millenial itu?
Millenial
(juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah
kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Peneliti sosial sering
mengelompokkan generasi yang lahir diantara tahun 1980-an sampai 2000-an
sebagai generasi millenial. Jadi bisa dikatakan generasi millenial
adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15 – 34
tahun.
Studi tentang generasi millenial di
dunia, terutama di Amerika, sudah banyak dilakukan, diantaranya yang
studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama
University of Berkley tahun 2011 dengan mengambil tema American
Millenials: Deciphering the Enigma Generation. Tahun sebelumnya, 2010,
Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millennials:
A Portrait of Generation Next.
Di Indonesia
studi dan kajian tentang generasi millenial belum banyak dilakukan,
padahal secara jumlah populasi penduduk Indonesia yang berusia antara
15-34 tahun saat ini sangat besar, 34,45%. Tahun lalu memang ada sebuah
majalah bisnis yang tajuk utamanya membahas generasi millenial, tapi
sayang coverage liputannya masih sebatas kaitannya generasi millenial
dengan dunia pemasaran, belum masuk secara substansi ke ruang lingkup
kehidupan mereka secara menyeluruh.
Berita Lainnya
Dibanding generasi sebelum, generasi millenial memang
unik, hasil riset yang dirilis oleh Pew Research Center misalnya secara
gamblang menjelaskan keunikan generasi millenial dibanding
generasi-generasi sebelumnya. Yang mencolok dari generasi millenial ini
dibanding generasi sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi dan
budaya pop/musik. Kehidupan generasi millenial tidak bisa dilepaskan
dari teknologi terutama internet, entertainment/hiburan sudah menjadi
kebutuhan pokok bagi generasi ini
Dalam konteks
Indonesia hal yang sama juga terjadi, hasil survei yang dilakukan
Alvaro Research Center tahun 2014 menunjukkan Generasi yang lebih muda,
15 – 24 tahun lebih menyukai topik pembicaraan yang terkait musik/film,
olahraga, dan teknologi. Sementara generasi yang berusia 25 – 34 tahun
lebih variatif dalam menyukai topik yang mereka perbincangkan, termasuk
didalamnya sosial politik, ekonomi, dan keagamaan. Konsumsi internet
penduduk kelompok usia 15 – 34 tahun juga jauh lebih tinggi dibanding
dengan kelompok penduduk yang usianya lebih tua. Hal ini menunjukkan
ketergantungan mereka terhadap koneksi internet sangat tinggi.
Ketika
kita berbicara dan mencoba membedah potret generasi millenial di
Indonesia secara utuh maka setidaknya ada lima isu utama yang perlu
dikaji lebih mendalam, yakni:
1.Pandangan Keagamaan, Religion Beliefs
Jumlah
penduduk muslim di Indonesia merupakan yang terbesar di di dunia, meski
demikian ternyata Indonesia lebih memilih demokrasi sebagai sistem
bernegaranya dibanding sistem kenegaraan yang berdasarkan agama. Prinsip
inilah yang dipegang teguh oleh para pendiri republik ini, bahwa
sebagai bangsa dan negara kita perlu mendasarkan pada asas dan dasar
negara yang melindungi setiap warga negara apapun asal usul dan latar
belakangnya, dan dasar negara itu kita sepakati adalah Pancasila.
Karena
itu penting untuk memotret bagaimana pandangan keagamaan pemuda apakah
konservatif, moderat, atau sekuler, apa pandangan pandangan pemuda
tentang hubungan agama dan negara. Apakah ada pergeseran pandangan
keagamaan pemuda dibanding generasi-generasi sebelumnya.
2.Ideologi dan Partisipasi Politik, Ideology and Politics Participation
Ada
sebuah pandangan umum yang selalu menggelitik bahwa nilai-nilai
patriotik dan nasionalisme telah hilang dan luntur dari generasi muda
kita. Apa memang demikian? Kalau kita lihat semangat sepak bola mania di
Gelora Bung Karno setiap timnas bertanding malah menunjukkan hal
sebaliknya. Juga ketika kita lihat respon mereka di social media ketika
simbol-simbol kita dilecehkan negara tetangga, mereka sangat aktif dan
gigih membela martabat bangsa dan negaranya. Jadi penting bagi kita
sebenarnya untuk melihat sebetulnya apa arti nasionalisme bagi generasi
millenial ini, Apakah hanya sebatas aspek primordialisme, trend saja
atau ada yang lebih substansial.
Terkait dengan dunia politik
di Indonesia, penting juga melihat bagaimana pemuda melihat setiap
proses politik kenegaraan yang terjadi di Indonesia, seberapa besar
tingkat partisipasi pemuda dalam setiap proses politik di Indonesia.
Survei yang dilakukan Alvaro Research Center tahun 2014 menunjukkan
pemilih muda Indonesia didominasi oleh swing voters/pemilih galau, dan
apathetic voters/pemilih cuek.
3.Nilai-Nilai Sosial, Social Values
Bagaimana
pemuda memaknai arti sebuah keluarga juga penting untuk digali,
bagaimana mereka memandang hubungan antara anak dan orang tua, apakah
orang tua merupakan role model bagi mereka atau malah mereka lebih
memilih role model lain diluar hubungan kekeluargaan.
Berbagai
pertanyaan diatas penting diukur terkait dengan nilai-nilai sosial
dikalangan pemuda, banyak pihak juga berpandangan mulai ada pergeseran
nilai-nilai sosial ketimuran kita dikalangan pemuda, karena mereka lebih
terbuka pemikirannya maka mereka juga dengan mudah mengadopsi
nilai-nilai sosial barat yang lebih modern
4.Pendidikan, Pekerjaan, dan Kewirausahaan, Education, Work, and Entrepreneurship
Isu
paling penting yang dihadapi pemuda dari dulu sampai sekarang adalah
isu pendidikan dan pekerjaan, karena dua hal inilah yang paling
berpengaruh dan menentukan masa depan mereka. Tingkat kesuksesan mereka
dimasa dewasa dan masa tua ditentukan oleh pendidikan dan pekerjaan yang
mereka terima di masa muda.
Selain itu wirausaha saat ini
juga sudah menjadi alternatif kalangan muda dalam berkarya, start-up
bisnis bermunculan di berbagai kota. Begitu lulus mereka tidak lagi
berburu lowongan pekerjaan, tapi berupaya mencari peluang bisnis dan
menjadikan peluang bisnis itu sebagai pintu masuk ke dunia wirausaha.
5.Gaya Hidup, Teknologi, dan Internet, Lifestyle, Technology, and Internet
Gaya
hidup anak muda yang cenderung hedonis terutama di kota-kota besar
sudah menjadi rahasia umum, mereka memiliki cara tersendiri untuk
meluapkan ekspresi mereka, dunia hidup mereka tidak bisa lepas dari
hiburan dan teknologi terutama internet.
Bagaimana gaya hidup
pemuda Indonesia?, Apa saja hobi dan olahraga yang pemuda senangi?, Apa
kebiasaan dan perilaku pemuda terhadap teknologi, terutama internet? Dan
Bagaimana interaksi pemuda di media sosial? Adalah pertanyaan yang
perlu dijawab terkait hubungan gaya hidup anak muda.
Akhirnya
dengan memahami secara utuh potret generasi millenial di Indonesia maka
kita memiliki gambaran pandangan, aspirasi dan sudut pandang mereka
terhadap segala aspek didalam kehidupan mereka, sehingga pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya bisa tepat sasaran, karena pada ujungnya
nanti kepada generasi millenial inilah nasib dan masa depan bangsa dan
negara ditentukan.
Kemajuan teknologi yang
sangat pesat saat ini, menghadirkan robot yang banyak menggantikan peran
manusia. Industri 4.0 menjadi tantangan besar dan tersendiri bagi
millenial. Mereka dituntut untuk mampu beradaptasi dengan kondisi
seperti ini dan menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru yang mendukung
jalannya revolusi industri 4.0.
Pengertian
Revolusi Industri 4.0 digadang-gadang sudah ada di depan mata. Tak heran
negara-negara telah bersiap untuk menghadapinya tak terkecuali
Indonesia. Bahkan para pembuat kebijakan sudah merencanakan sejumlah
program untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0.
Sederhananya,
Revolusi Industri adalah batu lonjakan dalam sektor industri yang
memanfaatkan kemajuan teknologi dan komunikasi untuk mencapai efisiensi
semaksimal mungkin. Sehingga dunia industri diperkirakan akan berubah
model menjadi bisnis baru dengan basis digital.
Dapat
dikatakan hampir seluruh kegiatan industri dikerjakan oleh mesin atau
teknologi, bukan lagi manusia. Beberapa pihak menganggap Revolusi
Industri akan mendatangkan keuntungan untuk populasi manusia.
Revolusi
tersebut dinilai bakal memajukan kehidupan manusia dalam hal bisnis dan
sosial. Namun tak sedikit pihak yang meragukan hal tersebut. Pasalnya
tak bisa dimungkiri bila Revolusi Industri 4.0 memberikan dampak negatif
bagi kehidupan manusia, misalnya memperparah kesenjangan ekonomi, upah
buruh rendah, sampai bangkrutnya usaha-usaha kecil menengah yang tak
sanggup bersaing.
Sebenarnya Revolusi Industri ini tak
serta-merta ada. Sebelum mencapainya, kehidupan manusia telah melewati
serangkaian tahapan Revolusi Industri mulai dari revolusi pertama pada
akhir abad 18-an. Kemudian disusul dengan revolusi kedua, ketiga, dan
keempat.
Tahun 2018, Tonggak Awal Revolusi Industri 4.0.
Industri
tersebut menggabungkan teknologi otomatisasi dan teknologi siber. Jadi,
pada konsisi ini memungkinkan adanya pertukaran data dalam teknologi
manufaktur. Pada Era ini memungkinkan adanya dunia virtual yang
membentuk koneksivitas manusia, mesin, dan data.
Revolusi Industri 4.0 dapat diartikan sebagai fenomena yang menggabungkan teknologi siber dan teknologi otomatisasi.
Makanya
revolusi tersebut disebut juga dengan cyber physical system. Kolaborasi
itu menerapkan konsep otomatisasi yang dibantu dengan teknologi
informasi. Imbasnya, keterlibatan manusia semakin berkurang. Di satu
sisi hal tersebut memberikan efektivitas dan efisiensi dalam dunia
kerja. Sehingga biaya produksi tumbuh dengan signifikan. Namun di sisi
lain hal tersebut memberikan kerugian pada kesejahteraan umat manusia.
Awalnya,
Revolusi Industri 4.0 dikenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Ia
menjelaskan Revolusi Industri 4.0 akan mengubah hidup dan kerja manusia
secara fundamental. Revolusi generasi keempat ini memiliki skala, ruang
lingkup, dan kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan revolusi
sebelumnya.
Beberapa kemajuan yang muncul di era Revolusi
Industri 4.0 adalah kecerdasan buatan, teknologi nano, bioteknologi,
blockchain, teknologi berbasis internet, teknologi komputer kuantum, dan
printer 3D.
Pengertian Revolusi Industri 4.0 Menurut Para Ahli
Berapa
ahli mengungkapkan gagasannya mengenai Revolusi Industri 4.0. Berikut
ini adalah pengertian yang telah dirangkum dari beberapa ahli.
1. Angela Markel
Kanselir
Jerman tersebut menjelaskan Revolusi Industri 4.0 adalah transformasi
komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui
penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri
konvensional.
2. Schlechtendahl
Sementara itu,
Schlechtendahl mengungkapkan kalau Revolusi Industri 4.0 menekankan pada
unsur kecepatan dalam menyediakan informasi. Semua entitas dalam
lingkungan industri selalu terhubung dan akhirnya saling berbagi
informasi.
Jadi menurut Schlechtendahl, Revolusi Industri 4.0
membuka peluang semua entitas dalam industri saling berkomunikasi secara
real time. Semua itu bisa terjadi dengan pemanfaatan teknologi
internet.
3. Kusmantini
Menukil dari tulisan
Cisilia Sundari yang berjudul “Revolusi Industri 4.0 Merupakan Peluang
dan Tantangan Bisnis bagi Generasi Milenial di Indonesia”dalam Prosiding
Seminar Nasional dan Call Papers Fakultas Ekonomi Universitas Tidar,
Revolusi Industri adalah revolusi bisnis secara elektronik atau Electronic-Business.
Jadi
revolusi tersebut merupakan teknologi baru dimana internet menjadi
titik strategis dalam proses revolusi industri 4.0 terutama dalam
berwirausaha.
4. Prasetyo dan Sutopo
Menurut
Prasetyo dan Sutopo, Revolusi Industri 4.0 menggabungkan teknologi
digital dan internet dengan industri konvensional. Tujuannya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan layanan konsumen secara
signifikan.
5. Purnomo
Purnomo menjelaskan Revolusi
Industri 4.0 merupakan lompatan besar di dunia usaha khususnya di bidang
industri. Revolusi tersebut dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi secara penuh.
6. Kemper
Dalam tulisan
Cisilia Sundari, Kemper menerangkan Revolusi Industri membuat perusahaan
dapat menyediakan infrastruktur jaringan untuk industri internet.
Bila
perusahaan memiliki kemampuan tersebut maka perusahaan dapat dikatakan
siap menyambut revolusi industri 4.0 karena ia dapat membangun ekosistem
produksi sesuai dengan konsep Revolusi Industri 4.0.
Sementara itu, Pengertian Revolusi Industri 4.0 membantu membuat rantai suplai menjadi lebih sederhana untuk negara berkembang.
Lima Pilar Utama Revolusi Industri 4.0
Ada
ciri-ciri yang disebut sebagai lima pilar utama dalam Revolusi Industri
4.0 yakni Internet of Things, Big Data, Artificial Intelligence, Cloud
Computing, dan Additive Manufacturing.
Apakah kamu pernah mendengarnya?
Untuk memahami Revolusi Industri 4.0, kamu pun harus mengetahui lima pilar tersebut.
1. Internet of Things (IoT)
Pilar
pertama adalah Internet of Things atau IoT. Pilar ini diartikan sebagai
sistem yang memanfaatkan perangkat komputasi, mekanis, dan mesin
digital secara bersamaan.
Jadi ketiga komponen tersebut saling
terhubung (interrelated connection). Dalam menjalankan fungsinya itu
diperlukan komunikasi data dalam jaringan internet sehingga fungsi
tersebut tidak membutuhkan interaksi antar manusia atau interaksi antar
manusia dan komputer.
IoT memiliki empat komponen yakni
perangkat sensor, konektivitas, pemrosesan data, dan antarmuka pengguna.
. Misalnya aplikasi IoT Indonesia seperti Gowes untuk bike sharing,
eFishery untuk pemberian pakan ikan, Hara untuk pangan dan pertanian,
dan Qlue untuk Smart City.
2. Big Data
Pilar selanjutnya adalah Big Data. Istilah dipakai untuk menggambarkan volume data yang besar baik terstruktur maupun tidak.
Selain
itu, Big Data tidak merujuk pada jumlah data yang besar melainkan lebih
kepada apa yang dilakukan oleh organisasi terhadap banyaknya data itu.
Dengan Big Data, organisasi menganalisis untuk mengambil keputusan dan
strategi bisnis yang baik.
Contoh penyedia layanan Big Data di Indonesia yaitu Warung Data, Dattabot, Paques Platform dan Sonar Platform.
3. Artificial Intelligence (AI)
AI
cukup sering dibicarakan akhir-akhir ini. AI adalah teknologi komputer
aay mesin yang mempunyai kecerdasan buatan layaknya manusia.
AI
bisa diatur sesuai dengan kemauan dan keinginan manusia. Tugas Ai
adalah mempelajari data yang diterima. Jadi semakin banyak data, maka AI
semakin baik dalam membuat prediksi.
Contoh AI adalah aplikasi chatbot dan alat peneglana wajah atau face recognition.
4. Cloud Computing
Apakah
kamu pernah mendengar tentang teknologi yang menjadikan internet
sebagai pusat pengolahan data? Jika iya, maka kamu sedang bersinggungan
dengan cloud Computing.
Teknologi ini memberikan akses kepada pengguna komputer untuk menggunakan cloud dan dikonfigurasikan menjadi server.
Misalnya hosting situs web yang berbentuk server virtual. Umumnya ada tiga jenis Cloud Computing, meliputi:
• Cloud Software as a Service (SaaS) adalah layanan untuk menggunakan aplikasi yang disediakan infrastruktur cloud
• Infrastructure
as a Service (IaaS) merupakan layanan untu memungkinkan konsumen untuk
memproses, menyimpan, membuat jaringan, dan memakai sumber daya
komputasi yang diperlukan oleh aplikasi. Contoh produk-produk Cloud
Computing di Indonesia adalah K-Cloud, CloudKilat, IDCloudHost,
FreeCloud, dam Dewaweb
• Cloud
Platform as a Service (PaaS) adalah layanan untuk menggunakan platform
yang sudah disediakan. jadi pengembang hanya fokus untuk mengembangkan
aplikasi saja
5. Additive Manufacturing
Pilar utama
terakhir adalah Additive Manufacturing. Pilar tersebut adalah terobosan
baru dalam industri manufaktur dengan menggunakan mesin printer 3 D
(printer 3 D) atau disebut juga dengan 3 D printing.
Hasil
mesin printer tersebut berupa gambar desain digital yang diwujudkan
dalam bentuk benda nyata dengan ukuran dan bentuk yang sama. Jadi desain
tersebut sama dengan desain sebenarnya.
Selain itu, Additive
Manufacturing dapat memproduksi banyak desain barang yang tidak bisa
dibuat oleh teknologi manufaktur konvensional.
Prinsip Revolusi Industri
Ada
empat prinsip yang perlu kamu pelajari. Empat prinsip tersebut biasanya
dipakai perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan
keputusan di segala kebijakan.
1. Interoperabilitas atau kesesuaian.
Prinsip
ini mengedepankan kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia.
keempatnya saling terhubung dan berkomunikasi melalui internet untuk
segala sesuatu (IoT) atau internet untuk khalayak (IoP). Jadi, IoT akan
mengotomatisasi proses interaksi keempat komponen tersebut.
2. Transparansi informasi.
Prinsip
kedua ini berhubungan dengan kemampuan sistem informasi untuk
menciptakan salinan dunia secara virtual. Caranya yakni memperkaya model
kerja digital dengan data sensor.
Jadi prinsip transparansi
informasi membutuhkan pengumpulan data sensor mentah. Tujuannya agar
dapat menghasilkan informasi bernilai tinggi
3. Bantuan teknis.
Prinsip
ini adalah kemampuan sistem bantuan yang bertugas membantu manusia.
Caranya dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara
komprehensif. Sehingga pembuat kebijakan bisa membuat keputusan dengan
tepat di saat ada masalah tak terduga dan tiba-tiba.
Selain
itu, prinsip bantuan teknis berkaitan dengan kemampuan sistem siber dan
fisik untuk membantu manusia melakukan kegiatan yang terbilang cukup
berat.
4. Keputusan mandiri.
Prinsip ini adalah
kemampuan sistem siber-fisik yang memungkinkan keputusan dan tugas dapat
dijalankan secara mandiri. Terkecuali bila da gangguan, tugas bisa
dialihkan ke atasan.
Tantangan bagi Generasi Millennials
Pada
akhirnya Revolusi Industri 4.0 memberikan sisi negatif dan positif. Tak
sedikit orang yang menganggap perubahan ini harus dihadapi manusia,
suka atau tidak, dengan semua sisi negatif dan positif yang
menyertainya.
Jadi Revolusi Industri 4.0 menjadi tantangan
tersendiri terutama bagi generasi milenial. Bila dilihat dari sisi
positif, Revolusi tersebut akan memberikan manfaat dalam perkembangan
platform digital:
1. Inovasi
Revolusi Industri 4.0
membuka peluang munculnya model-model bisnis baru. Hal ini berkaitan
erat dengan para pengembang bisnis yang menerapkan strategi dengan
platform digital.
Sehingga revolusi itu memungkinkan
terjadinya inovasi digital baik di dunia ritel, pendidikan, kesehatan,
hingga hukum. Beberapa orang berpikir inovasi tersebut membuat semakin
banyak orang berpartisipasi. Alhasil timbul persaingan sehat untuk
memberikan nilai tambah barang atau jasa pada masyarakat.
2. Inklusivitas
Dengan
adanya inovasi digital, layanan didapat dengan mudah dijangkau oleh
seluruh orang. Sehingga terjadilah inklusivitas. Semua orang bisa
menikmati layanan digital yang sama, dimanapun mereka berada.
3. Efisiensi
Ketiga,
Revolusi Industri menciptakan efisiensi Bila terjadi inovasi digital,
maka efisiensi pu turut terjadi. Agar sisi positif ini semakin optimal,
para pembuat kebijakan harus mampu menerapkan strategi yang tepat.
Meskipun dapat memberikan masalah-masalah baru dalam dunia perekonomian,
disisi lain era ini juga dianggap akan memberikan dorongan besar dalam
segala bidang.
Misalnya dalam dunia kerja, revolusi tersebut
dapat memicu adanya jenis pekerjaan baru walaupun revolusi juga
menghilangkan beberapa jenis pekerjaan.
Dinukil dari
uii.ac.id, Jaya Addin menjelaskan Revolusi Industri 4.0 adalah keadaan
yang memberikan janji sekaligus ancaman besar. Bila orang-orang tidak
mampu mengikuti perkembangannya maka mereka akan rentan tertinggal.
Untuk itu diperlukan persiapan yang matang agar mampu menghadapi
tantangan tersebut. Sehingga ketertinggalan dapat dihindari.
Menurut
Jaya Addin, tidak hanya ketersediaan akses internet dan kepekaan media
sosial untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0. Lebih utama dan penting
adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, harmonisasi
aturan, dukungan semua pihak, dan sebagainya.
Pasalnya
persiapan untuk menghadapi revolusi yang serba IOT ini tidak mudah atau
dalam sekejap mata. Apalagi bila mengingat kondisi pemerataan teknologi
dan informasi di Indonesia masih kurang. Hingga detik ini, beberapa
wilayah di Indonesia masih belum dialiri listrik dan internet.
Jadi
penting untuk mengetahui posisi dan situasi Indonesia sekarang agar
bisa menentukan kebijakan yang tepat demi menghadapi Revolusi Industri
4.0.
Ditulis untuk Tantangan Menulis Buku
Akademik Haramain Lombok 2024 " Pesantren dan Transformasi Pendidikan
Islam (Integrasi Tradisi dan Teknologi) "
Indramayu,5 Juli 2024
Referensi :
Hasanuddin Ali dalam https://alvara-strategic.com/generasi-millennial-indonesia-tantangan-dan-peluang-pemuda-indonesia/
Muthohar. Ahmad AR. 2007. Ideologi Pendidikan Pesantren. Pustaka Rizki Putra, Semarang.
Muthohar.
Drs. H. Ahmad, MM. dan Nurul anam, S. Pd. I. M. Pd. I. 2013. Manifesto
Modernisasi Pendidikan Islam dan Pesantren. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sumber:
https://www.1detik.info/2024/07/modernisasi-pendidikan-di-pesantren.html