Pemahaman Dan Implementasi Guru Yang Salah Pada Program Pembinaan Karakter Pembelajaran Deep Learning
Pemahaman Dan Implementasi Guru Yang Salah Pada Program Pembinaan Karakter Pembelajaran Deep Learning
Oleh : Sujaya, S. Pd. Gr.
(Guru SMPN 3 Sindang Indramayu)
Hingga
saat ini pemahaman guru tentang implementasi program pembinaan karakter
pada era pembelajaran Deep Learning masih banyak terjadi
kesalahpahaman. Hingga saat ini guru masih menerapkan konsep program
pembinaan karakter dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
(P5), padahal arahan Kemendikdasmen Abdul Mu’ti menekankan di era
pembelajaran deep learning ini dengan fokus pada program pembinaan
karakter tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat. Ini berarti implementasi
nya masih menggunakan program lama dan sudah tidak mengikuti arahan
kebijakan yang baru. Mungkin hal ini disebabkan oleh belum
dilaksanakannya sosialisasi program secara komprehensif di lapangan.
Sehingga guru belum begitu paham tentang teknis pelaksanaannya.
Perbedaan Pembinaan Karakter Kurikulum Merdeka dan Deep Learning
Terdapat
perbedaan dalam program pembinaan karakter dari 2 menteri Nadiem
Makarim dan Abdul mu’ti. Pada era kurikulum merdeka pembinaan karakter
untuk siswa program pembinaan berupa P5 yaitu projek penguatan profil
pelajar Pancasila.
Sedangkan pada era Deep learning pembinaan
karakternya berfokus pada 7 kebiasaan anak Indonesia hebat dan
revitalisasi peran pembinaan karakter melalui guru Bimbingan Konseling
(BK).
Dalam profil pelajar pancasila merupakan pedoman karakter
siswa Indonesia sesuai dengan amanat Kurikulum Merdeka dan kebijakan
Kemendikbudristek.
Dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila terdapat 6 aspek yang menjadi pembiasaan siswa, yaitu :
1.Beriman, bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
2.Mandiri
3.Gotong royong
4.Berkebinekaan global
5.Bernalar kritis
6.Kreatif.
Sementara dalam pembinaan karakter yang digoalkan oleh Menteri Abdul Mu’ti dengan pendekatan Deep Learning, yaitu :
1.Bangun pagi
2.Beribadah
3.Berolah raga
4.Gemar belajar
5.Makan makanan sehat dan bergizi
6.Bermasyarakat
7.Tidur cepat
Kalau
dilhat dari kedua program Pak Menteri dalam menanamkan karakter untuk
siswa adalah kalau P5 lebih dekat pada teori, sementara kalau 7
kebiasaan lebih fokus ke implementasi nyata.
Sebenarnya
masing-masing saling berkesinambungan dan saling melengkapi, misalnya
pada poin 1 di P5, beriman dan bertaqwa diimplementasikan dalam bangun
subuh dan beribadah.
Gotong royong bisa diimplementasikan dalam bermasyarakat, sehingga siswa memiliki kesadaran penuh sebagai makhluk sosial.
7
kebiasaan yang digaungkan oleh pak Menteri Abdul Mu’ti memiliki tujuan
untuk memberikan kebiasaan positif dan keterampilan hidup menjadi
pribadi yang produktif.
Sementara projek profil pelajar Pancasila
mengembangkan karakter dan kemampuan abad ke-21 dengan memegang teguh
nilai-nilai Pancasila.
Kedua pembinaan pembiasaan siswa tersebut
saling terintegrasi dan saling melengkapi, hanya butuh penyempurnaan di
era Deep Learning.
Yang jelas kedua program yang dicanangkan oleh
kedua Menteri Pendidikan merupakan sebuah usaha untuk memberikan
pembiasaan karakter positif pada diri siswa.
Perkara ganti
Menteri ganti kurikulum, tentu saja setiap Menteri juga punya program
yang yang berbeda. Guru harus update dan mengikuti kebijakan yang sudah
ditetapkan Pemerintahan yang baru.
Apa itu Pembelajaran Deep Learning
Menurut
Kamus Cambridge, Deep Learning atau pembelajaran mendalam adalah cara
untuk mempelajari sesuatu sehingga sepenuhnya memahami hal itu dan tidak
akan melupakan pembelajaran tersebut.
Dalam segi komputasi, Deep
Learning adalah sejenis pembelajaran mesin atau proses komputer
meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas dengan menganalisis data
baru yang menggunakan banyak lapisan pemrosesan data.
Menurut
Catherine McAuley College, deep learning membuat pelajar mampu berpikir
kritis, komunikasi, serta bekerja dengan orang lain secara efektif di
semua mata pelajaran.
Landasan filosofis Deep Learning berakar
pada konsep-konsep dasar dari kecerdasan buatan (AI) dan pemrosesan
informasi, yang terinspirasi dari cara otak manusia bekerja. Beberapa
landasan filosofis utama deep learning meliputi:
1.Pemodelan Otak Manusia:
Deep
learning berusaha meniru cara kerja otak manusia dalam memproses
informasi, khususnya melalui jaringan saraf tiruan (artificial neural
networks). Konsep ini terinspirasi oleh cara neuron-neuron di otak
saling berinteraksi untuk memproses data dan menghasilkan respons.
2.Pembelajaran
Berbasis Pengalaman: Deep learning memanfaatkan data besar untuk
“belajar” dan meningkatkan kinerjanya seiring waktu, mirip dengan cara
manusia belajar dari pengalaman. Ini mencerminkan filosofi bahwa
kecerdasan bisa berkembang dan diperbaiki melalui pengolahan informasi
yang terus menerus.
3.Representasi Hierarkis:
Deep learning
menggunakan arsitektur jaringan yang terdiri dari banyak lapisan
(layers) untuk mempelajari representasi data pada berbagai tingkat
abstraksi.
Filosofi di balik ini adalah bahwa pemahaman dan
penalaran bisa dibangun secara bertahap, mulai dari informasi dasar
menuju konsep yang lebih kompleks.
4.Pembelajaran Tidak Terawasi dan Generatif:
Salah
satu filosofi kunci dalam deep learning adalah bahwa model tidak selalu
memerlukan pengawasan langsung (label data) untuk belajar. Dengan
pendekatan yang lebih generatif, algoritma deep learning berusaha untuk
mengenali pola dan struktur dalam data mentah yang tidak terlabeli.
5.Optimasi dan Efisiensi:
Deep
learning memanfaatkan teknik optimasi, seperti algoritma back
propagation, untuk meningkatkan akurasi model secara literatif. Ini
berakar pada filosofi bahwa pemecahan masalah bisa dicapai melalui
perbaikan bertahap dalam pencarian solusi yang optimal.
Dengan
demikian, Deep Learning menggabungkan filosofi pemrosesan informasi,
pembelajaran dari data, dan peniruan struktur dan fungsi otak manusia
dalam menciptakan sistem yang dapat belajar dan berkembang secara
otomatis.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen)
Abdul Mu’ti sempat menyebutkan akan menggagas Kurikulum Deep Learning
sebagai pengganti Kurikulum Merdeka Belajar yang diterapkan saat ini.
Mu’ti
menyatakan Kurikulum Deep Learning sebagai pengganti Kurikulum Merdeka
Belajar dalam sebuah kegiatan. Pernyataan itu kemudian direkam dan
dibagikan ke media sosial.
Menurut Menteri Abdul Mu’ti, Deep
Learning bertujuan memberikan pengalaman belajar lebih bermakna dan
menyenangkan bagi siswa. Deep Learning memiliki tiga elemen utama, yaitu
Mindfull Learning, Meaningfull Learning, dan Joyfull Learning.
Mindfull Learning: menyadari keadaan murid berbeda-beda
Meaningfull Learning: mendorong murid berpikir dan terlibat dalam proses belajar
Joyfull Learning: mengedepankan kepuasan dan pemahaman mendalam.
Indramayu,15 Januari 2025
Sumber:
https://aswinnews.com/2025/01/15/pemahaman-dan-implementasi-guru-yang-salah-pada-program-pembinaan-karakter-pembelajaran-deep-learning/
