Grit: Daya Juang Anak Menuju Sukses Hidup – Tanggung Jawab Bersama Orang Tua dan Guru
π️ Oleh: Sujaya, S.Pd., Gr.
Guru Bahasa Indonesia SMPN 3 Sindang – Pemerhati Pendidikan Karakter
π️ Editor: Kenzo | ASWINNEWS.COM – Tajam, Akurat, Terpercaya, Berimbang, dan Ter-Update
INDRAMAYU –
Di era yang serba cepat dan kompetitif seperti sekarang, kecerdasan intelektual (IQ) dan nilai akademik saja tak cukup menjamin keberhasilan anak. Salah satu karakter yang kini dianggap sebagai kunci sukses jangka panjang adalah grit—daya juang yang kuat untuk mengejar tujuan meski menghadapi rintangan dan kegagalan.
Konsep grit ini dipopulerkan oleh psikolog Angela Duckworth sebagai kombinasi antara passion (gairah) dan perseverance (ketekunan). Anak-anak yang memiliki grit akan terus berusaha meski gagal, tidak mudah menyerah, dan tetap konsisten mengejar impiannya. Karakter ini kini menjadi indikator penting dalam membentuk generasi tangguh yang siap menghadapi tantangan hidup.
π Apa Pengaruh Grit dalam Kesuksesan Anak?
Riset Duckworth (2016) menunjukkan bahwa grit berkontribusi besar terhadap pencapaian seseorang, tak hanya di sekolah, tetapi juga di bidang olahraga, dunia kerja, hingga kewirausahaan. Anak yang memiliki grit cenderung:
Tahan banting dalam menghadapi kegagalan.
Tidak mudah menyerah saat menghadapi tantangan.
Memiliki motivasi dari dalam diri (intrinsik), bukan karena iming-iming hadiah.
Mampu belajar secara konsisten dalam jangka panjang.
⚠️ Mengapa Banyak Anak Kehilangan Daya Juang?
Meski penting, banyak anak saat ini justru menunjukkan gejala menurunnya daya juang. Beberapa penyebab utama di antaranya:
1. Budaya Instan dan Kecanduan Teknologi
Kemudahan akses teknologi membuat anak terbiasa mendapatkan hasil cepat tanpa proses panjang. Hal ini melemahkan kemampuan mereka menunda kepuasan dan menghadapi kesulitan.
2. Pola Asuh Overprotektif
Orang tua yang terlalu melindungi membuat anak tidak terbiasa jatuh-bangun. Akibatnya, mereka mudah stres saat gagal dan kurang tangguh dalam menyelesaikan masalah.
3. Sistem Pendidikan yang Fokus pada Hasil
Terlalu menekankan nilai ujian dan ranking membuat anak takut salah. Alih-alih belajar, mereka cenderung menghindari tantangan agar tidak gagal.
4. Minimnya Teladan Grit di Sekitar
Tanpa contoh nyata dari orang dewasa, sulit bagi anak untuk memahami makna perjuangan dan pentingnya konsistensi dalam meraih tujuan.
π§ Tindak Lanjut: Peran Strategis Orang Tua dan Guru
Menumbuhkan grit bukan perkara sehari dua hari. Dibutuhkan kerja sama antara rumah dan sekolah untuk membentuk pribadi anak yang tangguh dan penuh semangat. Apa yang bisa dilakukan?
✅ Peran Orang Tua
Dukung minat anak secara konsisten. Jangan hanya ikut-ikutan tren.
Ijinkan anak gagal dan belajar dari kesalahan. Gagal bukan aib, tapi bagian dari proses.
Apresiasi usaha, bukan hanya hasil. Fokus pada proses akan membentuk kepercayaan diri sejati.
✅ Peran Guru
Rancang pembelajaran yang menantang dan bermakna. Gunakan metode proyek, eksplorasi, dan refleksi.
Bangun ruang belajar yang aman untuk gagal. Jadikan kesalahan sebagai bagian dari pembelajaran.
Tunjukkan teladan semangat dan kegigihan. Guru juga perlu menunjukkan grit dalam mengajar.
✍️ Penutup
Grit bukanlah bakat bawaan, melainkan keterampilan hidup yang bisa dan perlu ditumbuhkan. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, anak-anak memerlukan lebih dari sekadar nilai bagus: mereka butuh daya tahan, ketekunan, dan semangat juang untuk menggapai mimpi.
Maka, mari kita—orang tua, guru, dan masyarakat—bersama-sama menciptakan lingkungan yang subur untuk menanamkan karakter grit sejak dini. Karena masa depan bukan milik mereka yang paling pintar, melainkan mereka yang paling gigih dan tak berhenti belajar.
Referensi:
Duckworth, A. (2016). Grit: The Power of Passion and Perseverance. New York: Scribner.
Tough, P. (2013). How Children Succeed: Grit, Curiosity, and the Hidden Power of Character.
πIndramayu, 24 Juni 2025
Sumber:
https://aswinnews.com/2025/06/24/grit-daya-juang-anak-menuju-sukses-hidup-tanggung-jawab-bersama-orang-tua-dan-guru/
