Mis Ayu Indrawati : Belajar dan Berliterasi Asik Tak Harus Melulu di Kelas



Indramayu, 17 September 2025-Pagi itu, halaman SMPN 3 Sindang terasa berbeda. Bukan hanya karena keceriaan siswa yang duduk melingkar di lapangan, tetapi juga karena kehadiran seorang guru muda yang penuh semangat, Mis Ayu Indrawati, S. Pd.. Dengan senyum ramah, ia menyapa satu per satu siswanya, memastikan semua merasa nyaman sebelum kegiatan literasi pagi dimulai.


Dari Siswa, oleh Siswa, untuk Siswa


Kegiatan literasi pagi kali ini berbeda. Bukan guru yang mendominasi jalannya acara, melainkan para siswa sendiri. Mereka yang menjadi pemandu, pelatih, sekaligus penggerak jalannya literasi. Siswa-siswa berprestasi yang pernah menorehkan juara tingkat kabupaten hingga nasional kini berperan sebagai fasilitator.


“Konsep ini kami buat supaya anak-anak bisa belajar dari temannya sendiri. Mereka jadi lebih percaya diri, lebih berani, dan merasa kegiatan ini milik mereka, bukan paksaan dari guru,” jelas Mis Ayu.


Guru, termasuk Mis Ayu bersama Mis Ani Kurnianingsih, S. Pd., Mis Nina Arfina, S. Pd. dan Mis Nur Puspa Legita, S. Pd., hanya mendampingi dari kejauhan. Bagi mereka, kebahagiaan terbesar adalah melihat anak-anak bisa tumbuh mandiri.


Hadiah Sederhana, Makna yang Mendalam


Suasana semakin semarak ketika Mis Ayu mengumumkan hadiah kecil bagi siswa yang berani tampil. Bukan trofi atau bingkisan mahal, melainkan sekadar kue kering. Namun, di balik kesederhanaannya, hadiah itu membuat wajah anak-anak berseri.


“Bagi orang dewasa mungkin sederhana. Tapi bagi anak-anak, hadiah itu tanda cinta. Mereka merasa dihargai. Itu yang terpenting,” ujar Mis Ayu sambil tersenyum haru.


Dan benar saja, anak-anak yang awalnya malu kini berebut tampil. Tawa, tepuk tangan, dan sorak sorai memenuhi lapangan.


Humanisme dalam Pendidikan


Apa yang dilakukan Miss Ayu bukan sekadar inovasi belajar, melainkan wujud nyata pendidikan yang humanis. Bagi Miss Ayu, literasi bukan hanya tentang menguasai bahasa, tetapi juga tentang membangun karakter.


“Belajar itu harus menyenangkan. Kalau anak-anak bahagia, mereka akan lebih mudah menyerap ilmu. Saya ingin mereka percaya bahwa belajar bisa dilakukan di mana saja dan dengan cara apa saja,” katanya penuh keyakinan.


Dukungan Kepala Sekolah


Kepala SMPN 3 Sindang, Hj. Ani Hanifah, S. Pd., mengapresiasi langkah tim literasi ini. “Saya bangga. Anak-anak belajar dengan cara yang kreatif, tidak kaku. Literasi tidak boleh jadi beban, tapi budaya yang menyenangkan. Apa yang dilakukan Mis Ayu dan rekan-rekan adalah contoh guru yang benar-benar memerdekakan muridnya,” tutur beliau.


Kisah Personal Mis Ayu: Dari Mimpi ke Panggilan Hati


Mis Ayu sendiri bukan sosok yang lahir begitu saja dalam dunia pendidikan. Sejak remaja, ia sudah mencintai bahasa Inggris. Ia terbiasa menghabiskan waktu berjam-jam membaca novel berbahasa asing, menonton film tanpa subtitle, hingga menulis catatan kecil dalam bahasa Inggris.


Namun lebih dari itu, yang membuatnya memilih jalan sebagai guru adalah keyakinan bahwa pendidikan adalah ladang pengabdian. “Saya percaya, setiap anak punya potensi. Tapi kadang potensi itu terkubur karena mereka tidak percaya diri. Tugas saya sebagai guru adalah membuat mereka berani bermimpi dan percaya bahwa mereka bisa,” ungkapnya.


Di awal karier mengajar, Mis Ayu – yang merupakan sosok Guru Juara 1 Olimpiade Guru Nasional Tingkat Kabupaten Indramayu ini pernah menemui tantangan. Banyak siswa yang takut berbicara bahasa Inggris, bahkan merasa pelajaran itu momok menakutkan. Alih-alih menyerah, ia mencoba pendekatan berbeda: menciptakan suasana belajar yang asik dan menyenangkan.


Ia sering mengajak siswa bermain peran, bernyanyi lagu sederhana, hingga mengadakan kuis kecil dengan hadiah yang sepele namun memotivasi. Perlahan, anak-anak yang semula minder mulai berani mengucapkan kalimat sederhana dalam bahasa Inggris.


“Saya terharu ketika ada siswa yang bilang, ‘Mis, ternyata bahasa Inggris itu gampang ya, asik malah.’ Dari situlah saya yakin, metode sederhana bisa mengubah pandangan mereka,” kenangnya.


Inspirasi dari Hal-Hal Kecil


Apa yang dikerjakan Mis Ayu hari itu bersama tim literasi adalah kelanjutan dari prinsip yang ia pegang sejak awal: bahwa pendidikan adalah seni menginspirasi.


Hadiah kecil berupa kue kering mungkin tampak sepele, namun bagi siswa itu adalah simbol pengakuan. Belajar di lapangan mungkin sederhana, tapi bagi anak-anak itu adalah pengalaman yang membekas.


“Kadang orang berpikir pendidikan butuh sesuatu yang besar dan mewah. Padahal, yang kita butuhkan hanyalah hati yang tulus dan sedikit kreativitas. Dari hal kecil bisa lahir perubahan besar,” ujar Mis Ayu.


Menyulam Masa Depan dengan Literasi


Bagi Mis Ayu, literasi bukan tujuan akhir, melainkan pintu menuju masa depan. Dengan literasi, anak-anak SMPN 3 Sindang belajar berani mengungkapkan diri, percaya diri, dan siap bersaing di masa depan.


Kegiatan pagi itu mungkin hanya berlangsung satu jam, namun kesannya bisa bertahan seumur hidup. Anak-anak belajar bahwa belajar bisa penuh tawa. Mereka juga belajar bahwa apresiasi sekecil apa pun bisa memberi semangat besar.


Di balik senyum ceria mereka, tersimpan keyakinan baru: bahwa belajar bukan beban, melainkan petualangan yang menyenangkan.


Penutup: Filosofi Mis Ayu


Menutup kegiatan literasi pagi, Mis Ayu berkata dengan suara lantang namun penuh kelembutan:

“Belajar itu tidak harus melulu di kelas. Belajar bisa di mana saja, kapan saja, dan dengan cara apa saja—selama kita membuatnya asik, menyenangkan, dan bermakna.”


Kalimat sederhana itu mencerminkan filosofi pendidikannya. Bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi juga penyalur inspirasi. Bahwa sekolah bukan sekadar bangunan, tetapi rumah bagi mimpi-mimpi anak bangsa. Dan bahwa literasi bukan sekadar kegiatan, melainkan jalan menuju masa depan yang lebih terang.


Sumber:

https://menaramadinah.com/103621/mis-ayu-indrawati-belajar-dan-berliterasi-asik-tak-harus-melulu-di-kelas.html