Mengapa Jiwa Guru Indonesia Merasa Tak Bahagia selama di Sekolah


 

*Mengapa Jiwa Guru Indonesia Merasa Tak Bahagia selama di Sekolah ?*

Oleh : H. Sujaya, S. Pd. Gr.
(Dewan Penasihat DPP ASWIN)

*A. Urgensi Peran Guru dalam Pembangunan*

Peran guru dalam pembangunan bangsa sangat penting, sehingga mereka sangat vital dan dibutuhkan perannya. Guru bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga pembentuk karakter, agen perubahan, dan penggerak kemajuan bangsa.

Guru merupakan pilar penting dalam pembangunan bangsa. Dengan meningkatkan kualitas pendidik dan memberikan dukungan yang memadai, maka peran guru akan semakin efektif dalam menciptakan generasi yang cerdas, berkualitas, dan mampu memajukan bangsa.

*B. Mengapa Guru Tak Bahagia di Sekolah?*

Namun apa jadinya bila jiwa guru Indonesia merasakan ketidakbahagiaan selama bertugas mengajar di sekolah? Benarkah demikian? Faktor apa sajakah yang membuatnya merasa tidak bahagia.

Inilah beberapa faktor dan fakta yang terjadi dan membuat guru merasa tak bahagia di sekolah.

1.Beban Kerja Tinggi dan Berlebih Tanpa Dukungan Memadai.

Menurut Riset Kemdikbud, 2023 Guru Indonesia menghabiskan 82℅ waktu kerja untuk tugas administratif (laporan dokumen kurikulum) dibandingkan mengajar. Sementara menurut Data PGRI, 2024 seorang guru mengampu 3-5 mata pelajaran sekaligus, kasus di sekolah-sekolah kecil, sehingga berdampak pada stress kronis, hilangnya gairah mengajar dan burnout.

Guru seringkali menghadapi beban kerja yang berlebihan, termasuk persiapan mengajar, penilaian siswa, administrasi, dan tugas tambahan di luar jam kerja. Kurangnya waktu untuk merencanakan pelajaran yang efektif, memberikan perhatian individual pada siswa, dan menjaga keseimbangan kehidupan kerja-pribadi berkontribusi pada stres dan ketidakbahagiaan.

Beban administratif yang berlebihan seringkali dianggap sebagai hal yang tidak produktif dan menghabiskan waktu yang seharusnya digunakan untuk mengajar dan berinteraksi dengan siswa.

2.Kesejahteraan tak terpenuhi dan Ketimpangan Ekonomi.

Gaji guru honorer hanya berkisar Rp 300.000 – Rp 1.500.000 per bulan . Jauh dibawah UMR. (survei Kompas, 2024)
Laporan Ombudsman RI, 2023 hanya 18℅ guru yang menerima tunjangan sertifikasi dengan lancar.

Sehingga terpaksa guru mencari kerja sampingan (ojek pangkalan, ojek online, berjualan keliling dll.) membuat tidak fokus pada profesi mengajar.

Menurut sumber Katadata dan Stockwise, 2024. Gaji guru Indonesia rata-rata per bulan paling rendah se-ASEAN hanya Rp 2.880.000 – Rp 5.555.000. Jauh di bawah Philippines Rp , Malaysia, Thailand dan Singapore.

Walaupun anggaran pendidikan 20 ℅ dari APBN tetapi bukan untuk kesejahteraan guru, sehingga masih perlu ada perhatian kebijakan peningkatan kesejahteraan guru.

3.Lingkungan Kerja yang Tidak Kolaboratif.

Menurut survei Federasi Guru Independen, 2023. Hierarki sangat kaku. Kepala sekolah sangat otoriter, minim dialog dengan guru. Sementara survei lain pada sekolah yang budaya iklim kerjanya kolaboratif, 2x lebih bahagia ( Jurnal Psikologi Pendidikan UI, 2024).
Masih adanya diskriminasi antara guru honorer dengan ASN dalam fasilitas, pelatihan, penghargaan, pengembangan karir.

Guru seringkali merasa kurang didukung oleh manajemen sekolah, orang tua siswa, atau bahkan masyarakat luas. Kurangnya penghargaan atas pekerjaan keras dan dedikasi mereka, serta kurangnya kesempatan untuk pengembangan profesional, dapat menyebabkan perasaan terbebani, tidak dihargai, dan akhirnya tidak bahagia. Ketidakjelasan peran atau kurangnya komunikasi yang efektif dari manajemen sekolah juga dapat memperburuk situasi.

4. Masalah Disiplin Siswa dan Kurangnya Sumber Daya

Menghadapi masalah disiplin siswa yang sulit ditangani tanpa dukungan yang memadai dari pihak sekolah atau orang tua dapat sangat melelahkan dan membuat frustasi. Kurangnya sumber daya seperti buku teks, teknologi, atau fasilitas sekolah yang memadai juga dapat menambah beban kerja guru dan mengurangi efektivitas pembelajaran, menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan.

Beberapa faktor ini saling berkaitan dan dapat memperburuk satu sama lain.Menangani masalah ketidakbahagiaan guru memerlukan pendekatan holistik yang mengatasi beban kerja, meningkatkan dukungan dan apresiasi, dan menyediakan sumber daya yang memadai.

C. Solusi

Karena peran yang sangat penting tersebut, guru harus diperlakukan dengan baik dan diberi dukungan serta prioritas perhatian yang memadai.

Hal ini dapat diwujudkan dengan cara:

1.Meningkatkan Kualitas Pendidikan Guru
Perbaiki program pendidikan guru dan memberikan kesempatan bagi guru untuk meningkatkan kualitas profesinya (Smith, Doe & Rowell, 2002).

2.Mendorong Profesionalitas Guru Memberikan fasilitas dan pendukung yang memadai untuk menunjang profesionalitas guru, seperti peralatan pengajaran, bahan ajar terbaru, dan kesempatan mengembangkan diri (Johnson, Williams & Brown, 2005).

3.Meletakkan Guru Sebagai Prioritas Bangsa
Memberikan penghargaan dan kesempatan yang baik bagi guru, menghormati profesi guru, dan meningkatkan kesejahteraan guru.

Guru merupakan pilar penting dalam pembangunan bangsa. Dengan meningkatkan kualitas pendidik dan memberikan dukungan yang memadai, maka peran guru akan semakin efektif dalam menciptakan generasi yang cerdas, berkualitas, dan mampu memajukan bangsa.

Indramayu. 3/4/2025


Sumber:
https://aswinnews.com/2025/04/03/mengapa-jiwa-guru-indonesia-merasa-tak-bahagia-selama-di-sekolah/